Sekolah Dasar

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Atas

Materi Umum

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak Pengetahuan Umum

Kelas Online

Jika kamu membutuhkan bimbingan untuk belajar online, kamu bisa gabung di kelas online.

Minggu, 09 Februari 2025

Gejala Sosial

Gejala sosial merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Gejala sosial yang muncul mencakup gejala ekonomi, budaya, politik, dan moral. Gejala sosial ini muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Di satu sisi, hubungan sosial yang terjalin antarmanusia dapat menciptakan kestabilan, tetapi di sisi lain, dapat juga menimbulkan masalah atau penyimpangan. 

1. Hakikat Gejala Sosial

Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010). Suatu peristiwa atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang terlibat di dalamnya saling terkait. Menurut Emile Durkheim, gejala sosial harus dipahami sebagai fakta objektif di luar subjek atau di luar diri individu.

Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi, politik, budaya, dan moral. Gejala ini berbeda dengan gejala alam. Gejala-gejala alam adalah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di alam dan bukan karena perbuatan manusia secara langsung. Misalnya, gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan banjir. Sebaliknya, gejala sosial muncul akibat aktivitas manusia atau masyarakat. Aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih kuar dalam menentukan kegiatan individu daripada lingkungan geografis atau lingkungan teknis. Masyarakat melalui kegiatannya menentukan keyakinan, keinginan, dan motif perilaku dari anggota mereka. Contoh gejala sosial antara lain kemiskinan, kejahatan, eprang, kewirausahaan, dan persamaan gender. Setiap gejala sosial menjadi dampak sekaligus penyebab dari gejala sosial yang lain. Misalnya, keyakinan agama memengaruhi praktik ekonomi dan kepentingan ekonomi menentukan teori politik 

2. Karakteristik Gejala Sosial

Ada beberapa karakteristik gejala sosial. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah (a) sangat kompleks, (b) beranekaragam, (c) tidak bersifat universal, (d) bersifat dinamis, (e) tidak musah dimengerti, (f) kurang objektif, (g) bersifat kualitatif, dan (h) sulit diprediksi.

3. Bentuk, Jenis, dan Tingkatan Gejala Sosial

Terdapat beberapa bentuk, jenis, dan tingkatan gejala sosial.

a. Bentuk dan Jenis Gejala Sosial

Ada beberapa gejala sosial yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Berbagai gejala sosial tersebut, menurut Guglielmo Carchedi dapat dikelompokkan dalam bentuk gejala sosial yang menentukan (the determinant social phenomenon) dan bentuk gejala sosial yang ditentuka (the determined social phenomenon). Gejala sosial yang menentukan merupakan bentuk gejala sosial yang mengondisikan keberadaan gejala sosial yang ditentukan.

Sementara itu, gejala sosial yang ditentukan merupakan gejala sosial yang menjadi kondisi repoduksi atau kondisi yang menggantikan gejala sosial yang menentukan. Misalnya, gejala sosial relasi kepemilikan menentukan gejala sosial akumulasi modal, adapun kapitalisme ditentukan oleh gejala sosial akumulasi modal.

Selain bentuknya, gejala sosial dapat dibedakan berdasarkan jenisnya. Gejala-gejala sosial menurut Pitirim A. Sorokin, dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu gejala sosial religius, gejala sosial ekonomi, gejala sosial politik, dan gejala sosial hukum. 

b. Tingkatan Gejala Sosial

Menurut Norman Blaikie, ada tiga tingkatan gejala sosial. Tingkatan ini bervariasi dalam skala dari individu dan kelompok sosial kecil, organisasi dan masyarakat, sampai lembaga sosial berskala besar, seperti kota, negara, dan badan-badan multinasional. Ketika tingkat gejala sosial itu adalah gejala sosial mikro, gejala sosial meso, dan gejala sosial makro.

Sabtu, 08 Februari 2025

Statistika - Ukuran Penyebaran Data

 


Statistika - Ukuran Pemusatan Data

 


1. Rata-rata (mean)

Data Tunggal 

Misalkan terdapat data 
maka, nilai rata-ratanya dapat dicari dengan 
Dimana :
xi    : data ke-i
n     : banyaknya data

Data Berkelompok

Dimana :
xi   : data ke-i
n    : banyaknya data
fi    : frekuensi kelas ke-i

2. Median (Nilai Tengah)

Data Berkelompok

Dimana :
Me    : Median
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fMe  : frekuensi kelas median
p       : panjang kelas

3. Modus (Nilai yang Paling Banyak Muncul)

Data Berkelompok

Mo    : modus
tb        : tepi bawah kelas modus
b1    : frekuensi kelas sebelum kelas modus
b2    : frekuensi kelas setelah kelas modus
p    : panjang kelas

4. Kuartil

Dimana :
Qi    : Kuartil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fQi  : frekuensi kelas kuartil
p       : panjang kelas

5. Desil

Dimana :
Di    : Desil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fDi  : frekuensi kelas desil
p       : panjang kelas

6. Persentil

Dimana :
Pi    : Persentil ke-i
tb      : tepi bawah
fk      : frekuensi kumulatif kelas sebelumnya
fPi  : frekuensi kelas persentil
p       : panjang kelas




Kamis, 06 Februari 2025

Bilangan Romawi

Sejarah Angka Romawi

Sebelum angka romawi dikenal, telah muncul angka-angka yang dikembangkan oleh penduduk Mesir pada 3000 tahun Sebelum Masehi dan juga bangsa Babylonia di kawasan Mesopotamia pada 1750 Sebelum Masehi. 

Angka Romasi sendiri digunakan pada masa romawi kuno yang berdiri abad ke-8 Sebelum Masehi. Tidak banyak literatur yang menyebutkan tentang asal muasal sejarah penemuan angka romawi. Namun diyakini angka romawi di adaptasi oleh angka yang telah digunakan bangsa Etruskan, yakni bangsa yang pertama kali tinggal di Kota Roma sebelum mereka dilenyapkan oleh orang-orang Romawi. 

Orang Etruskan menuliskan angka dengan simbol 𐌠, 𐌡, 𐌢, ⋔, 𐌚, dan ⊕ yang kemudian diubah menjadi simbol I, V, X, L, C, dan M pada angka romawi. 

Dalam beberapa hipotesis disebutkan bahwa penggunaan angka romawi didasarkan pada penggunaan ranting atau tongkat para penggembala kambing Italia untuk menghitung jumlah ternak gembalaan mereka. Ini cukup berdasar karena simbol-simbol yang muncul pada angka romawi merupakan simbol datar yang dapat dibentuk menggunakan tongkat secara vertikal atau horizontal. Misalnya untuk membentuk X mereka hanya perlu menyilangkan 2 tongkat begitupun dengan simbol-simbol angka lain. 

Namun, angka romawi memiliki kelemahan, diantaranya adalah tidak adanya angka nol yang menyulitkan untuk penjumlahan matematika. Kemudian sekitar tahun 800 angka hindu-Arab muncul dan berkembang dengan penggunaan simbol berbeda dan juga angka bilangan Nol.

Angka ini pun menggeser angka Romawi setelah beberapa abad di Eropa dan digunakan sebagai simbol atau angka yang digunakan dalam kehidupan masyarakat dunia sehari-hari, termasuk juga orang Indonesia yang mengenal dalam bentuk 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dst. 

Meskipun begitu, angka romawi masih tetap digunakan pada beragam bidang tertentu. Misalnya penyebutan nama keturunan raja, jam, bab buku, judul film, dll. 

Tabel Angka Romawi

Bilangan romawi adalah nomor-nomor yang berasal dari romawi kuno. Sistem penomoran ini menggunakan simbol-simbol untuk melambangkan angka numerik atau sebuah bilangan. 
Dalam penulisannya, angka romawi menggunakan 7 simbol, yakni, I, V, X, L, C, D, dan M. Simbol tidak diperolehkan diulang sebanyak 4 kali. 
romannumerals.site

Angka romawi sudah jarang digunakan pada angka-angka besar, selain penulisannya cukup sulit, sebagian besar masyarakat juga kurang paham cara pembacaan huruf ini sehingga proses transfer informasi akan menyulitkan. 

Namun, umumnya angka romawi masih digunakan pada angka-angka kecil, misalnya 1-10 atau angka belasan.