Sabtu, 14 Desember 2024

Kesetaraan Global dan Lahirnya Liga Bangsa-bangsa

Demokrasi di Athena (Yunani) dipandang sebagai demokrasi paling ideal. Hal ini karena kebabasan dan kesetaraan individu telah dilakukan dengan baik. Penduduk Negara Kota (Polis) Athena telah memperoleh kesempatan yang setara untuk mengembangkan dan merealisasikan keterapilan mereka. Pericls, seorang filsuf dan tokoh terkemuka Yuani Kuno, engan bangga menyatakan kepada sleuruh rakyat Athena, "Setiap warga negara dan dengan semua aspek dalam kehidupannya mampu menunjukkan bahwa dirinya adalah tuan dan pemilik yang sah atas dirinya sendiri." Kalimat ini mengandung makna bahwa setiap orang mendapatkan kebebasan dalam berekspresi tanpa tekanan atau pengaruh dari pihak lain.

Pericles memberikan jaminan kemerdekaan terhadap perolehan status, akses pendidikan, kesenian, dan agama kepada warga negaranya. Selain itu, warga Yunani diberikan kebebasan berpartisipasi secara terbuka dalam memenuhi tugas-tugas dan memperoleh kehidupan yang layak. Dari prinsip awal inilah, demokrasi kemudian mulai berkembang. Warga Yunani mempunyai kebebasan memperjuangkan kesetaraan dan kebebasan, baik bagi negara maupun individu. Para penganjur teori demokrasi pernah mengklaim terdapat sejumlah bukti-bukti empiris dalam prinsip demokrasi. Jika prinsip demokrasi dipraktikan secara benar di semua negara, perang tidak akan terjadi.

Ketika Perang Dunia I berakhir, setiap warga negara yang terlibat merasakan penderitaan dan kehancurannya, terutama bagi pihak yang kalah. Akibatnya, pemerintah dan para pemimpin mulai berpikir tentang cara mengakhiri perang. Munculnya kesadaran direalisasikan dengan pelaksanaan Konferensi Perdamaian di Paris pada 1919. Dalam konferensi ini, Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson, Diiplomat Inggris, Lord Robert Cecil, dan tokoh persemakmuran, Jan Smuts, mengajukan usulan yang menjadi landasan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations).

Visi Wilson tentang perdamaian antarnegara yang dipaparkan dalam pidatonya di kongres tersebut kemudian dikenal dengan "14 poin". Di antara 14 poin tersebut kemudian dikenal dengan langkah-langkah untuk mengakhiri diplomasi-diplomasi rahasia, hak setiap bangsa untuk dapat memiliki pemerintahan yang bebas dari campur tangan pihak luar, serta pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Ide ini kemudian dikembangkan oleh Wilson ketika dirinya mengajar sebagai guru besar ilmu hukum di Universitas Priceton. Untuk ide perdamaian ini, Wilson kemudian dianugerahi Nobel Perdamaian pada 1919.

Selanjutnya, LBB terbentuk pada 10 Januari 1920 dengan anggotanya sebanyak 40 negara. Negara-negara anggota ini kemudian berupaya menjamin perdamaian dunia melalui kesepakatan-kesepakatan, seperti:

  1. melenyapkan perang
  2. menaati hukum internasiona, dan 
  3. menggunakan diplomasi terbuka
Kesepakatan-kesepakatan tersebut lahir karena dorongan dari negara Eropa yang hancur akibat Perang Dunia I.

Proses terbentuknya LBB berlangsung bertahap, yaitu dimulai sejak Woodrow Wilson menyampaikan pidato pada 8 Januari 1918 di depan kongres Amerika. Setelah itu, pada 25 Januari 1919, usulan tentang pembentukan LBB disetujui di konferensi perdamian yang dilaksanakan di Paris (Versailles Peace Treaty). Konvensi LBB kemudian ditandatangani sebagai bagian dari Perjanjian Perdamaian Paris. Konvensi LBB mulai diterapkan secara fisik melalui kehadiran pasukan supervisi LBB pada 10 Januari 1920 di Schleswig, Finlandia. Sidang pertama LBB diselenggarakan pada 16 Januari 1920 di Paris. Liga Bangsa-Bangsa kemudian menjadi organisasi internasional yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu misi utamanya adalah menjaga perdamaian dunia. Amerika Serikat tidak menjadi anggota LBB karena tidak mendapat persetujuan kongres. Absennya negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jerman, Uni Soviet, Jepang, dan Italia ini diduga faktor utama LBB nantinya mengalai kegagalan.

Ketidakikutsertaan negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan Uni Soviet, membuat LBB menggantungkan kekuatan organisasinya hanya kepada Inggris dan Prancis. Nyatanya, dalam beberapa hal, sulit bagi kedua negara ini untuk bersikap tegas. Hal ini ditabah dengan munculnya kekuatan baru di Eropa yang berada di bawah kekuasaan fasisme (diktator militer) yang sangat revolusioner. Contohnya Jerman di bawah Adolf Hitler dan Italia dibawah Benito Mussolini. Namun, misi LBB tidak dapat dikatakan gagal sama sekali karena dari September 1934-Februari 1935 keanggotaannya telah menjadi 57 negara. Hal ini telah menyadarkan anggotanya tentang dua hal penting. Pertama, tidak ada satu pun negara yang dapat hidup sendiri. Kedua, sedapat mungkin menghindari perang untuk menyelesaikan sengketa. 

Akhirnya, tidak sampai 20 tahu sejak berdirinya LBB, pecahlah Perang Dunia II. Liga Bangsa-Bangsa kemudian bersidang untuk yang terakhir kalinya di Genewa, Swiss pada 12 April 1945. Pada hari tersebut, LBB kemudian resmi dibubarkan. Perannya sebagai penjaga perdamaian dunia telah berakhir. LBB kemudian digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada 24 Oktober 1945. 

0 Comments:

Posting Komentar