Nama dokter lulusan STOVIA ini memang tidak dapat dipisahkan dari organisasi sosial budaya yang berdiri pada 20 Mei 1908 dengan nama Boedi Oetomo. Sebelum mendirikan organisasi ini, Soetomo sempat bekerja sebagai dokter di beberapa kota, seperti di Lubuk Pakam, Malang, Kepanjen, Blora, dan Magetan.
Pada 1919, Soetomo memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di negeri Belanda. Di sana, ia turut aktif berkegiatan di Perhimpunan Indonesia. Ketika pulang ke Indonesia pada 1923, ia diangkat menjadi dokter di RSU Surabaya. Kesibukannya sebagai dokter tidak menghalangi minatnya untuk tetap membina pemuda dalam wadah organisasi. Ia mendirikan sebuah Studie Club yang menjadi wadah dalam mempersatukan sebuah pelajar untuk mengembangkan wawasan tentang sebuah gerakan kebangsaan yang lebih luas. Meskipun demikian, strategi yang diterapkannya masih kooperatis dan meletakkan masalah pendidikan sebagai dasar perjuangan organisasi bukan gerakan politik.
Soetomo kemudian mengarahkan organisasi ini dengan memberikan pendidikan kepada rakyat, terutama kepada para buruh dan petani. Ia memberikan saran, terutama kepada para buruh, agar mereka dapat membentuk organisasi yang mandiri, tidak berafiliasi dengan partai politik yang ada maupun dengan organisasi keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar mereka lebih dapat berkonsentrasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Soetomo juga memandang bahwa petani merupakan salah satu unsur penting yang harus dibina, mengingat wilayah Hindia Belanda merupakan negara pertanian (agraris) dan sebagian besar rakyatnya adalah petani. Berbagai kebijakan pemerintah kolonial telah mengakibatkan mereka kehilangan tanah garapan sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh di perkebunan-perkebunan milik Belanda. Kegiatan Studie Club telah banyak memberikan bantuan kepada para petani, misalnya mendirikan organisasi perdagangan hasil bumi atau mendirikan koperasi dan berupaya keras untuk dapat memberantas lintah darat.
Menurut pemikirannya, perjuangan politik tidak dapat dijalankan selama rakyat yang hidup di desa-desa masih dilanda kesengsaraan, kemiskinan, dan kebodohan. Perjuangan pergerakan politik hanya sapat berjalan jika rakyat dapat memberdayakan dirinya secara ekonomi.
0 Comments:
Posting Komentar