Sabtu, 07 September 2024

Jalannya Pemberontakan Partai Komunis Indonesia di Madiun pada 1948

Situasi politik di dalam negeri semakin memanas ketika mulai terjadi pemogokan buruh dimana-mana yang di provokasi oleh PKI. Anggota serikat buruh, pemuda, dan tentara dihasut agar bergerak bersama menentang pemerintah. Kekacauan yang diakibatkan oleh provokasi PKI ini mencapai puncaknya pada 13-16 September 1948. Di awali dengan terjadinya bentrokan antara TNI dan sekelompok orang bersenjata di Solo. Pada peristiwa ini, dr. Muwardi pimpinan barisan Benteng yang anti-FDR diculik kemudian dibunuh. Selanjutnya, terjadi pemogokan secara besar-besaran di salah satu pabrik di Delanggu. Semua peristiwa ini digerakkan oleh PKI dan FDR sebagai bagian dari upayanya untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang sah. Pemerintah yang pada saat itu dipimpin oleh Kabinet Hatta mengumumkan bahwa negara berada dalam kondisi bahaya. 

Pada 19 September 1948, FDR/PKI di bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin mengumumkan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Dengan mengerahkan ribuan anggota satuan TNI yang memihak kepada komunis, mereka menyerang dan berhasil merebut Kota Madiun dan menjadikannya sebagai ibu kota pemerintahan Negara Republik Soviet Indeonsia. Segera setelah menduduki dan membunuh tokoh pemerintahan dan partai yang tidak mau tunduk kepada PKI. Dalam waktu singkat, PKI berhasil emnguasai beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa tengah, seperti Sarangan, Ngawi, Ponorogo, Rembang, dan Purwodadi.

0 Comments:

Posting Komentar