Sekolah Dasar

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Atas

Materi Umum

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak Pengetahuan Umum

Kelas Online

Jika kamu membutuhkan bimbingan untuk belajar online, kamu bisa gabung di kelas online.

Kamis, 01 Juli 2021

Sejarah Hidroponik

Sejarah Hidroponik


Sejarah hidroponik berawal dari tulisan Francis Bacon (1627) yang sangat terkenal yakni Sylva Sylvarum yang sudah membahas tentang budidaya tanaman tanah di media selain tanah. Setelah tulisan itu dipublikasikan, maka John Woodward (1699) memutuskan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dimana dia mendapatkan hasil bahwa tanaman yang ditumbuhkan pada air jernih (hanya air murni saja) tidak lebih bagus dari tanaman yang tumbuh di air keruh (air yang bercampur sedikit lumpur). Itu artinya air tidak cukup mengandung zat nutrisi untuk tanaman tumbuh dengan subur.


Selanjutnya penelitian itu terus berkembang, dan hasil baru terlihat di tahun 1842. Julius von Sachs dan Wilhelm Knop berhasil menemukan sembilan elemen nutrisi yang dibutuhkan tanaman agar bisa tumbuh subur. Sehingga di tahun 1859-1865 mulailah dibuat nutrisi yang berisi 9 elemen nutrisi kesuburan tanaman tersebut dalam bentuk larutan. Inilah yang akan menjadi cikal bakal nutrisi hidroponik yang menggantikan fungsi unsur hara dalam tanah. Sehingga bercocok tanam dalam media air akan menghasilkan tanaman yang sama suburnya atau bahkan lebih subur daripada tanaman yang ditanam di tanah.


Hasil penelitian tersebut selain menegaskan bahwa bercocok tanam dengan media non tanah itu sangat mungkin, juga sekaligus menjadi pijakan penting dalam teknologi bercocok tanam modern. Bahasa akademisinya sering dikenal sebagai solution culture, yakni teknik bercocok tanam tanpa media tanam atau teknik inert. Dimana unsur nutrisi/hara dan media tanam menjadi satu dalam air.


Puncak penelitian tentand metode bercocok tanam modern ini adalah di abad 19. Adalah seorang William Frederick Gericke (1929) dari Universitas California, Berkeley yang menemukan metode bercocok tanam hidroponik. Mulanya, namanya belum hidroponik, kala itu masih aquaculture atau budidaya perairan. Namun ternyata akuakultur seudah lebih dulu dipakai untuk menamakan metode budidaya hewan air. Sehingga disarankan oleh rekannya bernama WA Setchell untuk diberi nama hidroponik.


Dari penelitianya tentang hidroponik, William Frederick Gericke berhasil menumbuhkan tanaman tomat setinggi 25 kaki di halaman belakang rumahnya. Setelah penelitiannya memerlihatkan hasil yang memuaskan, maka dia meminta izin untuk menggunakan fasilitas kampus berupa greenhouse untuk penelitian lebih lanjut. Nama dilain sisi, dia didesak kampus untuk memberikan resep nutrisi tersebut. Ia menyanggupinya, Gericke diberikan fasilitas rumah kaca beserta teknologinya.


Tetapi di saat bersamaan, dia ditusuk dari belakang oleh pihak Universitas, Pihak universitass mengutus Hoaglang dan Arnon untuk menyusun kembali formula nutrisi hasil penelitian Gerick tanpa izinnya. Akhirnya, Gericke yang merasa dipermainkan memilih untuk mempublikasikan formulanya secara luas agar tidak terjadi monopoli Universitas. Sehingga di tahun 1940 Gericke mempublikasikan tulisannya berjudul Complete Guide to Soil less Gardening. Isinya meliputi hidroponik secara keseluruhan, mulai dari teknik, media, nutrisi dan langkah-langkah bercocok tanam hidroponik.


Beberapa sistem tanam hidroponik hasil perkembangan beberapa penelitian di atas keemudian berkembang sangat pesat. Ada yang berkembang menjadi sistem tanam sederhana ada juga yang memanfaatkan teknologi khusus. Perkembangan tersebut telah diadopsi ke seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali Indonesia. Bahkan beberapa sistem tanam hidroponik yang terlihat sederhana justru sangat popular di Indonesia.