Jumat, 27 September 2019

Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia - Jenis - jenis Manusia Purba di Indonesia

Penelitian tentang manusia purba atau fosil manusia sebenarnya merupakan bidang kajian antropologi ragawi, yaitu paleoantropologi. Di Indonesia, fosil manusia purba sebagian besar ditemukan di Jawa. Temuan-temuan di Jawa memiliki arti penting karena berasal dari segala zaman atau lapisan Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan badaniah manusia tersebut.

Manusia pertama yang muncul di bumi ketika zaman Pleistosen dari jenis Pithecanthropus sampai Homo Sapiens. Karena lamanya waktu, sisa-sisa manusia itu sudah membatu menjadi fosil. Manusia purba disebut manusia fosil. Berdasarkan temuannya manusia purba di Indonesia digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis Meganthropus, jenis Pithecantropus, dan jenis Homo.

Dari hasil penelitian dan penggalian, manusia purba di Indonesia ternyata banyak ditemukan di lembah Sungai Bengawan Solo, lembah Sungai Brantas, serta daerah Wajak Tulungagung. Jadi, pada masa purba manusia hidup di sekitar sungai bahkan menjadi daerah perkampungan sebab menyediakan kehidupan yang melimpah.

Untuk mengetahui keadaan manusia secara biologis di masa purba, kita perlu mengetahui bagaimana dan di mana kedudukan manusia dalam alam dan hubungannya dengan yang lain. Sistem yang dipergunakan dalam penggolongan makhluk hidup adalah sistem yang berdasarkan evolusi. Evolusi biologis yang berlangsung berjuta tahun tidak meninggalkan bukti secara lengkap dan jelas. Oleh karena itu, harus diadakan pilihan berbagai teori yang dikemukakan banyak ahli.

Evolusi biologis bukanlah perubahan suatu organisme dari tahapan telur - lahir - dewasa - tua - mati. Evolusi biologis adalah perubahan satu takson menjadi takson lain atau takson lama berubah sedikit. Jadi, sudut pandang evolusi bukanlah individu, tetapi populasi.

Darwin pada abad ke-19 mengemukakan teori evolusi biologinya yang cukup terkenal. Teori evolusi sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa yang silam dan terjadi melalui seleksi alam. Salah satu teori yang banyak diterima adalah evolusi manusia dari Australopithecus melalui Homo erectus ke Homo sapiens. Australopithecus yang berperan dalam hal ini adalah Australopithecus africanus, kemudian melalui Australopithecus habilis (disebut pula Homo habilis). Antara Homo erectus dan Homo sapiens terdapat Homo neaderthalensis, lagi pula telah ada manusia yang lebih umum cirinya dari Neanderthal yang mendekati jenis Homo sapiens. Jika kita membedakan manusia purba dengan Homo sapiens, akan terlihat jelas bahwa:
  1. rongga otak manusia purba lebih kecil daripada Homo sapiens,
  2. tulang kening manusia purba menonjol ke depan,
  3. tulang rahang bawah lurus ke belakang sehingga tak berdagu,
  4. tulang rahang manusia purba lebih kuat dan besar, dan 
  5. manusia purba tidak bertempat tinggal tetap dan selalu berpindah-pindah.
Oleh karena itu, Homo sapiens dianggap sebagai jenis yang paling sempurna yang menjadi nenek moyang manusia dan kemudian menyebar ke seluruh bumi kita ini.

Adapun fosil-fosil manusia purba yang ditemukan itu sebagai berikut:
1. Meganthropus
Meganthropus paleojavanicus adalah fosil yang pernah ditemukan di Sangiran oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941, berupa bagian wahang bawah dan tiga buah gigi terdiri atas gigi taring dan dua geraham. Makanan jenis manusia purba ini adalah tumbuhan. Makhluk ini hidup kira-kira 2 juta tahun hingga 1 juta tahun yang lalu. Meganthropus berasal daari lapisan Pleistosen Bawah yang sampai sekarang belum ditemukan perkakasnya.

Ciri dari Meganthropus paleojavanicus adalah
a. memiliki tulang pipi yang tebal,
b. memiliki otot rahang yang kuat,
c. tidak memiliki dagu,
d. memiliki tonjolan belakang yang tajam, memiliki tulang kening yang menonjol, 
e. memiliki perawakan yang tegap,
g. memakan tumbuh-tumbuhan, dan
h. hidup berkelompok dan berpindah-pindah.

2. Pithecanthropus
Pithecanthropus artinya manusia kera. Fosilnya banyak ditemukan di daerah Trinil (Ngawi), Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun, Jawa Timur). Seorang peneliti manusia purba Tjokro handojo bersama ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak di lapisan Pucangan, yakni pada lapisan Pleistosen Bawah di daerah Kepuhlagen, sebelah utara Perning daerah Mojokerto. Mereka memberikan nama jenis Pithecanthropus mojokertensis, yang menrupakan jenis Pithecanthropus paling tua. Jenis Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tubuh dan kehidupan sebagai berikut:
a. memiliki rahang bawah yang kuat
b. memiliki tulang pipi tebal
c. keningnya menonjol
d. tulang belakang menonjol dan tajam
e. tidak berdagu
f. perawakan tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat
g. memakan jenis tumbuhan

Jenis Pithecanthropus ini paling banyak jenisnya ditemukan di Indonesia.
Ada beberapa jenis Pithecanthropus yang diketahui, antara lain sebagai berikut:
a. Pithecanthropus  erectus (manusia kera berjalan tegak) adalah fosil yang paling terkenal temuan Dr, Eugene Dubois tahun 1890, 1891, dan 1892 di Kedungbrubus (Madiun) dan Trinil (Ngawi). Temuannya berupa rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta geraham atas dan bawah. Berdasarkan penelitian para ahlil, Pithecanthropus  erectus memiliki ciri tubuh sebagai berikut:

  •  berjalan tegak
  • volume oraknya melebihi 900 cc
  • berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat
  • tinggi badannya sekitar 165 - 170 cm
  • berat badannya sekitar 100 kg
  • makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah 
  • hidupnya diperkirakan satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.
Hasil temuan Pithecanthropus erectus ini oleh para ahli purbakala dianggap sebagai temuan yang amat penting, yaitu sebagai revolusi temuan-temuan fosil manusia purba yang sejenis. Jenis fosil Pithecanthropus  erectus ini diyakini sebagai missing link, yakni makhluk yang kedudukannya antara kera dan manusia. Penemuan ini menggemparkan dunia ilmu pengetahuan sebab seakan-akan dapat membuktikan teori yang dikemukakan oleh Charles Darwin dalam teori evolusinya. Darwin dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man (Asal Usul Manusia) menerapkan teori berupa perkembangan binatang menuju manusia dan binatang yang paling mendekati adalah kera. Hal ini diperkuat penemuan manusia Neanderthal di Jerman yang menyerupai kera maupun manusia.

b. Pithecanthropus  robustus, artinya manusia kera berahang besar. Fosilnya ditemukan di Sangiran tahun 1939 oleh Weidenreich. Von Koeningswald menyebutnya dengan nama Pithecanthropus  mojokertensis, penemuannya pada lapisan Pleistosen  Bawah yang ditemukan di Mojokerto antara tahun 1936 - 1941. Pithecanthropus mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokert. Fosilnya berupa tengkorak anak berumur 5 tahun. Jenis ini memiliki ciri hidung lebar, tulang pipi kuat, tubuhnya tinggi, dan hidupnya masih dari pengumpulan makanan (food gathering). Berdasarkan banyaknya temuan di lembah Sungai Bengawan Solo maka Dr. Von Koeningswald membagi lapisan Diluvium lembah Sunai Bengawan Solo menjadi tiga:
  • Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah) ditemukan jenis Pithecanthropus  robustus.
  • Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah) ditemukan jenis Pithecanthropus  erectus.
  • Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas) ditemukan jenis Homo soloensis.
c. Pithecanthropus  dubus (dubus artinya meragukan), fosil ini ditemukan di Sangiran pada tahun 1939 oleh Von Koenigswald yang berasal dari lapisan Pleistosen Bawah.

d. Pithecanthropus  soloensis adalah manusia kera dari Solo yang ditemukan oleh Von Koeningswald, Oppennoorth, dan Ter Haar pada tahun 1931 - 1933 di Ngandong, tepi Sungai Bengawan Solo. Hasil temuannya ini memiliki peranan penting karena menghasilkan satu seri tengkorak dan tulang kening. 

3. Homo 
Homo arinta manusia, merupakan jenis purba yang paling majsu dibandingkan yang lain. Ciri jenis manusia ini adalah :
a berat badan kir-kira 30 sampai 150 kg
b. volume otaknya lebi dari 1350 cc
c. alatnya dari batu dan tulang
d. berjalan tegak
e. muka dan hidung lebar, dan 
f. mulut masi menonjol.

Adapun temuan jenis Homo sebagai berikut:
a. Homo wajakensis (manusia dari Wajak)
Jenis ini ditemukan di Wajak, Tulungagung pada tahun 1889 ketika Von Rietschoten menemukan beberapa bagian tengkorak. Temuan ini kemudian diselidiki oleh Dr. Eugene Dubois yang kemudian  disebut Homo wajakensis. Lapisan asalnya adalah Pleistosen Atas, termasuk ras Australoid dan bernenek moyang Homo soliensis serta menurunkan penduduk asli Australia. Oleh Von Koenigswald, Homo wajakensis termasuk dalam Homo sapiens (manusia cerdas) sebab sudah mengenal upacara penguburan.

b. Homo soloensis (manusia dari Solo)
Pada waktu ahlil geologi Belanda, C. Ter Haar, menemukan lapisan tanah di Ngandong (Ngawi Jawa Timur) bersama Ir. Oppenoorth tahun 1931 - 1932. Mereka menemukan sebelas tengkorak fosil Homo soloensis di lapisan Pleistosen Atas yang kemudian diselidiki oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Berdasarkan keadaannya, jenis ini bukan lagi kera, tetapi sudah manusia.

c. Homo sapiens
Homo sapiens artinya manusia cerdas. Homo sapiens berasal dari zaman Holosen, bentuk tubuhnya sudah menyerupai manusia sekarang. Mereka sudah menggunakan akal dan memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan Homo sapiens sederhana dan mereka masih mengembara.

Adapun ciri-cirinya adalah 
  • volume otaknya antara 1000 cc - 1200 cc;
  • tinggi badannya antara 130 - 210 m;
  • otot tengkuk mengalami penyusutan;
  • alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
  • muka tidak menonjol ke depan;
  • berdiri dan berjalan tegak;
  • berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.
Jenis Homo sapiens di dunia terdiri subspesies yang sampai sekarang dianggap menurunkan berbagai manusia, yaitu sebagai berikut:
  • Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus. Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.
  • Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung. Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat lainnya.
  • Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke Australis (ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika. 

0 Comments:

Posting Komentar