Jumat, 30 Agustus 2019

Kerajaan Banten

a. Kehidupan Politik
Banten dikuasai dan di-Islamkan oleh Fatahilah (panglima perang Demak). Selain itu, Fatahilah jug amrebut Sunda Kelapa dan Cirebon. Setelah dikuasai nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta (1527). Selanjutnya, Fatahilah menetap di Cirebon, dan Banten diserahkan kepada putranya, Hasanudin.

Meskipun Banten, Jayakarta, dan Cirebon berhasil dikuasai, namun kawasan ini tetap menjadi daerah kekuasaan Demak. Namun, ketika terjadi goncangan politik sebagai akibat perebutan kekuasaan di Demak, maka Banten melepaskan diri. Hasanudin sebagai peletak dasar selanjutnya menjadai raja Banten pertama (1552-1570). Daerah kekuasaannya diperluas hingga Lampung dan berhasil menguasai perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal dan digantikan putranya yakni Paanembahan Yusuf (1570-1580). Masa pemerintahannya berhasil menundukkan Kerajaan Pajajaran. Raja terbesar Banten adalah Sultan Agen Tirtayasa (1651-1682). Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan perdagangan Banten. Politik Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC sangat keras. Sikap politik ini tidak disetujui putranya Sultan Haji (Abdulnasar Abdulkahar), sehingga terjadi perselisihan. Sultan Haji kemudian meminta bantuan VOC, sehingga Kerajaan Banten yang berhasil dikembangkan bidang ekonomi (perdagangan dan pelayaran) dan politik oleh Suultan Ageng Tirtayasa, pada akhirnya menjadi boneka kompeni.

b. Kehidupan Ekonomi
Banten dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. adapun faktos-faktornya ialah:

  1. letaknya strategir dalam lalu llintas perdagangan;
  2. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgal di Malaka namun langsung menuju Banten;
  3. Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada. 
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina, dan sebagainya. Di kota daganga Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakoajan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

c. Kehidupan Sosial Budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur-angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran perngaruh Islam makin kuat didaerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereke mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam.

Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan mememerhatikan kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meningal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat mulai merosot taja, Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu, juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya merupai istana raja di Eropa. 

0 Comments:

Posting Komentar