Selasa, 14 Mei 2019

Masa Pengaruh Agama Hindu-Budha

a. Kerajaan Mataram Kuno
Salah satu raja yang terkemuka pada masa kerajaan ini adalah raja Sanjaya. Ia dijuluki raja yang gagah berani yang telah menaklukan raja-raja di sekelilingnya. Ia dihormati oleh para pujangga karena dipandang sebagai raja yang paham akan isi kitab-kitab suci. Rakyatnya dapat tidur nyenyak tanpa ada rasa takut diganggu oleh penjahat.

b. Kerajaan Medang Kamulan
Raja yang sangat terkemuka adalah Airlangga dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottungadewa. Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Airlangga dapat menyelamatkan diri dari serangan raja bawahan bernama Wurawari yang diperalat oleh Sriwijaya. Airlangga masuk hutan dengan hanya diikuti seorang hambanya yang bernama Narottama. Pada saat itu, Airlangga baru berusia 16 tahun. Ia masih amat muda dan belum banyak pengalaman dalam peperangan dan belum begitu mahir dalam menggunakan senjata. Akan tetapi, Airlangga dianggap sebagai jelmaan Dewa Wisnu, maka tidak dapat dibinasakan oleh kekuasaan kejahatan.

Selanjutnya, Airlangga dapat membalikkan keadaan. Wurawari mendapat serangan Airlangga dengan diiringi oleh rakyat hingga keadaan menjadi dikuasai oleh Airlangga.

c. Kerajaan Singasari
Ada 5 raja terkemuka di Kerajaan Singasari, yaitu
1. Ken Angrok (Ken Arok).
Wangsa Rajasa adalah wangsa baru berbarengan dengan kemunculan Ken Angkok. Wangsa inilah yang menguasai Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Ken Angrok dilahirkan di Desa Pangkur, sebelah timur Gunung Kawi. Ibunya bernama Ken Endok, istrinya seorang petani yang bernama Gajah Para. Ken Angrok merupakan anak yang tidak diharapkan kehadirannya oleh ibunya, maka dari itu setelah melahirkan ibunya membuang bayinya itu di sebuah kuburan. Selanjutnya, bayi itu dipelihara oleh seorang pencuri yang bernama Lembong. 
Pada masa mudanya, kehidupan Ken Angkok diwarnai oleh kelakuan yang tidak baik. Seterusnya, ia diangkat sebagai anak oleh seorang brahmana yang bernama Dangyang Lohgawe. Melalui perantara Lohgawe inilah Ken Angkrok dapar bekerja di tempat Akuwu Tunggul Ametung.

Di rumah Tunggul Ametung itulah Ken Angrok bekerja. Namun selanjutnya, Ken Angrok jatuh cinta kepada istri majikannya, yaitu Ken Dedes. Untuk memenuhi keinginannya, Ken Angrok meminta bantuan kepada Mpu Gandrig agar dibuatkan keris. Namun, setelah keris itu selesai, Mpu Gandring dibunuh Ken Angrok dengan keris tersebut. Ken Angrok kembali ke Tumapel dan keris itu dipinjamkan kepada sahabatnya yang bernama Kebo Ijo.  Pada suatu malam secara diam-diam keris itu diambil oleh Ken Angrok untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh, keris dikembalikan ke tempat semula. Rakyat akhirnya gempar dan Kebo Ijo dituduh membunuh Tunggul. Sebaliknya, Ken Angrok dianggap sebagai pahlawan.

Ken Angrok pun berhasil membunuh Kebo Ijo dengan keris yang dipinjamkannya. Setelah peristiwa itu, Ken Angrok menjadi Akuwu Tumapel menggantikan Tunggul Ametung. Selain itu, Ken Dedes dipersunting menjadi istrinya.

Setelah lama menjadi Akuwu Tumapel, pada suatu hari ia didatangi para Brahmana dari Kerajaan Daha. Mereka datang untuk meminta perlindungan dari kejahatan Raja Daha. Raja Brahmana kemudian menobatkan Ken Angrok menjadi Raja Tumapel dengan gelar Sri Raharja Sang Amurwabhumi. Dengan izin san restu para Brahmana, ia pun memakai nama Bhatara Guru dan mengadakan penyerangan ke Kerajaan Daha melawan Raja Dangdang Gendis.

Ken Angrok dapat mengalahkan Raja Dangdang Dendis dan balatentaranya. Seluruh wilayah kerajaan Daha akhirnya dapat dikuasai. Ken Angrok pun menjadi maharaja di Tumapel.

Ken Angrok menjadikan kerajaanyanya sebagai Kerajaan Singasari. Di bawah kekuasaannya, kerajaan ini maju dan disegani. dari perkawinannya dengan Ken Dedes, ia mempunyai anak bernama Mahisa Wonga Teleng. Dari selirnya yang bernama Ken Umang, ia mempunyai anak Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola dan Dewi Rambi. 

Pada tahun 1227, Ken Angrok meniggal dibunuh oleh suruhan Anusapati, anak tirinya menggunakan keris buatan Mpu Gandring. Hal itu dilakukan Anusapati sebagai balas dendam terhadap pembunuhan ayahnya, Tunggul Ametung.

2. Anusapati dan Tohjaya
Pada saat Ken Dedes diperistri oleh Ken Angrok, Ken Dedes sedang hamil 3 bulan. Setelah dewasa, Anusapati mengetahui bahwa Ken Angrok bukanlah bapaknya. Ayah kandungnya adalah Tunggul Ametung yang dibunuh oleh Ken Angrok. Setelah mengetahui hal itu, Anusapati membalaskan dendam atas kematian ayahnya dengan cara menyuruh Pangalasan dari daerah Batil untuk membunuh Ken Angrok.

Setelah Ken Angrok meninggal, Anusapati menjadi raja. Ia memerintah selama 21 tahun (1227-1248). Namun selama masa pemerintahannya tidak banyak diketahui. Namun lama waktu berlalu, berita pembunuhan Ken Angrok oleh Anusapati terdengar pula oleh Panji Tohjaya, yaitu anak Ken Angrok dari Ken Umang. Ia tidak senang mendengar kematian ayahnya dengan cara itu. Ia berusaha pula untuk membalas dendam. Akhirnya, Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya ketika keduanya sedang menyambung ayam. 

Tahun 1248, Tohjaya memegang kekuasaan Singasari. Namun, Tohjaya tidak lama memerintah. Ia hanya memerintah selama beberapa bulan saja karena pada masa itu terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Ranga Wuni, anak Anusapati. Dalam penyerbuan itu, Tohjaya luka kena tombak, kemudian diusung dan diungsikan oleh pengikut-pengikutnya ke Katang Lumbang. Sesampainya di tempat itu, akhirnya Tohjaya meninggal.

3. Wisnuwardhana
Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248 juga Rangga Wuni dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia didampingi oleh Mahisa Cempaka (sepupunya). Mahisa Cempaka diberi gelar Narasimhamurti. Tahun 1268, Wisnuwardhana meninggal dunia. Tahta kerajaan diturunkan kepada anaknya. Kertanegara.

4. Kertanegara
Riwayat Kertanegara paling banyak diketahui daripada raja Singasari lainnya. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga mahamantri, yaitu rakryan i hino, rakryan i sirikap, dan rakryan i halu. 

Cita-cita Kertanegara adalah memperluas daerah kekuasaanya. Namun, sebelum cita-citanya tercapai, Kertanegara meninggal. Ia meninggal tahun 1292 karena terbunuh oleh serangan pasukan Kediri.

d. Kerajaan Majapahit
Beberapa raja Majapahit yang terkenal adalah sebagai berikut.
1. Raden Wijaya (1293-1309)
Ia masih keturunan Ken Angrok hasil perkawinan dengan Ken Dedes. Ia merupakan raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertajasa Jayawardhana. Sebagai raja pertama, ia berusaha membangun kerajaan demi memajukan rakyat dengan kerja keras. Pelabuhan lautnya banyak dikujungi pedagang dari berbagai daerah dan pedagang asing. Pelabuhan laut yang dimiliki oleh Kerajaan Majapahit adalah Tuban, Gresik, dan Surabaya.

Pada masa pemerintahannya terjadi beberapa pemberontakan. Namun, semua pemberontakan ituu dapat ditumpas. Pemberontakan itu antara lain dilakukan Ranggalawe, Lembu Sora, Juru Demung dan Gajah Biru. Pada tahun 1309, Raden Wijaya  meninggal. Jasadnya dibakar dan abunya dimakamkan di Simping (Candi Sumberjati) deekat daerah Blitar. 

2. Jayanegara (1309-1328)
Putra Raden Wijaya ini nail tahta dalam usia yang masih muda. Pada saat pemerintahannya, banyak sekali terjadi pemberontakan. Pemberontakan yang paling membahayakan adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Nambi dan Kuti. Bahkan pemberontakan Kuti dan pengikutnya berhasil menduduki ibu kota kerajaan.

Raja mengungsi ke Desa Bedander dengan dikawal oleh panglima pasukan Bhayangkara, yaitu Gajah Mada. Berkat kecerdikan Gajah Mada, akhirnya pemberontakan Kuti dapat ditumpas. Raja pun dapat kembali ke istana. Tahun 1328 raja meninggal karena dibunuh oleh tabib istana yang berna Tanca.

3. Tribuanatunggadewi (1328-1350)
Putri Raden Wijaya dari Gayatri yang bernama Tribuanatunggadewi yang bergelar Tribhuwanotunggadewi Jayawisnuwardhani dinobatkan menjadi raja. Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang hebat yang dinamakan pemberontakan Sadeng. Peristiwa ini dapat dipadamkan karena kecerdikan yang dimiliki oleh Gajah Mada. Berkat jasanya inilah Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. dalam sumpahnya itu, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa. Dalam sumpahnya itu, Gajah Mada berjanji tidak akan menikmati kehidupan duniawi sebelum seluruh wilayah Nusantara bersatu di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada tahu 1343 sumpahnya terwujud.

4. Hayam Wuruk (1350-1389)
Tahun 1350 Tribuanatunggadewi mundur dan digantikan oleh putranya yang bernama Hayam Wuruk. Ia bergelar Sri Rajasanagara. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan. Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk membawa kwrajaan ke puncak kejayaan. Sementara itu, Gajah Mada ingin melaksanakan Sumpah Palapanya. Dalam menjalankan Sumpah Palapa, satu demi satu daerah yang belum bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit ditundukkan dan dipersatukan. Daerah kekuasaannya meliputi sekitar wilayah negara Indonesia sekarang ini. Bahkan, pengaruh itu diperluas sampai ke negara tetangga di wilayah Asia Tenggara. 

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tampak jelas sekali. Berbagai kegiatan ekonomi dan kebudayaan sangat diperhatikan. Hasil pemungutan dari berbagai pajak dan upeti dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat di berbagai bidang. Untuk bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan bendungan-bendungan dan saluran pengairan serta pembukaan tanah-tanah baru untuk perladangan. Di beberapa tempat sepanjang sungai besar dibuat tempat penyeberangan yang dapat membantu lalu lintas antardaerah. Hayam Wuruk juga sangat memperhatikan daerah-daerah kerajaan. Beberapa kali ia mengunjungi daerah, antara lain ke Pajang, Lasem, Pantai Selatan, Lumajang, Tirib, dan Semper. 




0 Comments:

Posting Komentar