Sekolah Dasar

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Pertama

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Pertama

Sekolah Menengah Atas

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak materi Sekolah Menengah Atas

Materi Umum

Di halaman ini kamu akan mendapatkan banyak Pengetahuan Umum

Kelas Online

Jika kamu membutuhkan bimbingan untuk belajar online, kamu bisa gabung di kelas online.

Jumat, 03 Oktober 2025

Pembentukan Kepribadian

A. Pengertian Kepribadian

  • Theodore R. Newcombe, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
  • Roucek dan Warren, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
  • Yinger, berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
  • Koentjaraningrat, berpandangan bahwa kepribadian adalah ciri-ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan konsekuen shingga seseorang individu memiliki suatu identitas yang khas dan berbeda dari individu-individu lainnya. 
  • Robert Sutherland (dkk), menganggap bahwa kepribadian merupakan abstraksi individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling memengaruhi antara tiga aspek tersebut. 
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu. Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari.

Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku. 

Unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan perilaku setiap individu merupakan susunan kepribadian yang meliputi sebagai berikut:
  • Pengetahuan. Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut.
  • Perasaan. Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu.
  • Dorongan Naluri. Dorongan naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia. Sedikitnya ada enam macam dorongan naluri, yaitu: (1) dorongan mempertahankan hidup; (2) dorongan untuk berinteraksi; (3) dorongan untuk meniru; (4) dorongan untuk berbakti; (5) dorongan seksual; (6) dorongan akan keindahan.

B. Proses Pembentuk Kepribadian

Kepribadian merupakan hasil sosialisasi. Proses pembentukan kepribadian melalui sosialisasi dapat dibedakan sebagai berikut:
  • Sosialisasi yang dilakukan dengan sengaja melalui proses pendidikan dan pengajaran.
  • Sosialisasi yang dilakukan tanpa sengaja melalui proses interaksi sosial sehri-hari dalam lingkungan masyarakatnya.
Proses sosialisasi tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia (sejak lahir sampai tua) mulai lingkungan keluarga, kelompok, sampai kehidupan masyarakat yang lebih luas. Melalui serangkaian proses yang panjang inilah, tiap individu belajar menghayati, meresapi, kemudian menginternalisasi berbagai nilai, norma, pola-pola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya.

Dari berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki kecenderungan untuk berperilaku menurut pola-pola tertentu yang memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan terbentuklah kepribadian. Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa saja berbeda. Kepribadian yang tumbuh pada masing-masing individu tidak akan mungkin sepenuhnya sama. Oleh karena itu, seseorang dapat melihat keragaman kepribadian yang ditampilkannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

Adanya perbedaan kepribadian setiap individu sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat karakteristik unik yang dimiliki oleh seseorang. Contohnya, kalau orang bertubuh tegap diharapkan untuk selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap seperti pemimpin, tidak aneh jika orang tersebut akan selalu bertindak seperti pemimpin.

Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seorang anak bisa saja berbeda dengan orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya.

Contohnya, seorang bapak yang dihormati di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa saja mempunyai anak yang justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan. Akan tetapi, seorang yang cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya dibandingkan orang normal karena memiliki semangat dan kemauan yang keras. Dari contoh tersebut dapat berarti bahwa kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.

2. Faktor Geografis
Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalam memengaruhi kepribadian sesorang. Faktor geografis yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu memengaruhi kepribadian indiidu atau keelompok karena manusia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 
Contoh lain, orang-orang yang tinggal di daerah pantai memiliki kepribadian yang lebih keras dan kuat jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pegunungan. Masyarakat di pedesaan penuh dengan kesederhanaan dibandingkan masyarakat kota.

3. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung memengaruhi individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antar individu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya.

Contohnya, orang Bugis memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan. Budaya ini telah membuat orang-orang Bugis menjadi keras dan pemberani.

Walaupun perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat memengaruhi kepribadian seseorang, para sosiolog ada yang menyarankan untuk tidak terlalu membesar-besarkannya karena kepribadian individu bisa saja berbeda dengan kepribadian kelompok kebudayaannya. Misalnya, kebudayaan petani, kebudayan kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak kepribadian yang berbeda-beda.

4. Faktor Pengalaman Kelompok
Kelompok yang dangat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seseorang dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
a. Kelompok Acuan (Kelompok Referensi)
Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan kelompok referensinya. Pada mulanya, keeluarga dalah kelompok yang dijadikan acuan seorang bayi selama masa-masa yang paling peka. Setelah keluarga, kelompok referensi lainnya adalah teman-teman sebaya.
Peran kelompok sepermainan ini dalam perkembangan kepribadian seorang anak akan semakin berkurang dengan semakin terpencarnya mereka setelah menamatkan sekolah dan memasuki kelompok lain yang lebih majemuk (kompleks).

b. Kelompok Majemuk
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Dengan kata lain, masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan budaya dan ukuran moral yang berbeda-beda. Artinya, dari pengalaman ini seseorang harus mau dan mampu untuk memilah-milahkannya.

5. Faktor Pengalaman Unik
Kepribadian itu berbeda-beda antara satu dan lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak seorang pun mengalami serangkaian pengalaman yang persis sama.
Sebagaimana menurut Paul B. Horton, kepribadian tidak dibangun dengan menyusun peristiwa di atas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman bergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. 

Tentang hubungan kepribadian dengan kebudayaan, sebagaimana menurut Ralph Linton bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku. Adapun kepribadian menurut Yinger adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu. Dengan demikian, antara kepribadian dan kebudayaan terdapat hubungan sebagai hasil dari suatu proses sosial yang panjang. Sebaliknya, kebudayaan suatau masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseorang.

Hacilland (1988) mengatakan bahwa praktik pendidikan anak bersumber dalam adat kebiasaan pokok masyarakat yang berhubungan dengan pangan, tempat berteduh dan perlindungan, dan bahwa praktik pendidikan anak pada gilirannya menghasilkan kepribadian tertentu pada masa dewasa. 
Dari konsep kepribadian umum, makin dipertajam lagi dalam antropologi sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan basic personality structure atau kepribadian dasar, yaitu semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Misalnya, "kepribadian Barat" memiliki ciri individualis, adapun "kepribadian Timur" lebih bersifat gotong royong.

Soerjono Soekanto (1977) mencoba melihat adanya keterkaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu "kebudayaan khusus" (subculture). Menurutnya, ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang memengaruhi kepribadian sebagai berikut.
  • Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Contohnya "jiwa berdagang" identik dengan ciri khusus orang Minangkabau, "berlaut" merupakan ciri orang Bugis.
  • Cara hidup di kota daan di desa yang berbeda. Contohnya, masyarakat kota cenderung individualistis dibandingkan masyarakat desa yang kekeluargaan dan gotong royong.
  • Kebudayaan khusus kelas sosial. Contohnya, cara berpakaian orang kaya berbeda dengan orang miskin.
  • Kebudayaan khusus atas dasar agama. Contohnya, adanya berbagai mazhab melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
  • Kebudayaan khusus berdasarkan profesi. Contohnya, kepribadian seorang guru sangat berbeda dengan politikus.

Senin, 29 September 2025

Sosialisasi

A. Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi dapar diartikan sebagai proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati norma-norma serta nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan atau perilaku masyarakatnya.

Beli Via Shopee

Dalam KBBI, sosialisasi diartikan sebagai suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. 

Sosialisasi juga dapar diartikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi bila seorang individu menghayati dan melaksanakan norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga akan merasa jadi bagian dari kelompoknya.

Dengan pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa: 

  • Sosialisasi ditempuh oleh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.
  • Sosialisasi ditempuh oleh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan sejak ia lahir hingga akhir hayatnya,
  • Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi atau proses pembudayaan.
  • Sosialisasi merupakan suatu proses sosial tempat seseorang mendapatkan pembentukann sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya.

B. Media atau Agen Sosialisasi

Media atau agen sosialisasi sangat berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Agen sosialisasi terdiri dari:
1. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dalam proses sosialisasi. Orang tua sangat mempunyai peranan penting dalam lingkungan keluarga. Peran orang tua meliputi:
  • memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan.
  • mendorong agar anak dapat membedakan mana perilaku benar dan salah, baik dan buruk, pantas dan tidak pantas.
  • memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi anak-anaknya.
Apabila peranan orang tua gagal, maka akan menimbulkan masalah baru, yang disebabkan oleh:
  • orang tua kurang memerhatikan anak-anaknya, karena terlalu sibuk.
  • orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman/sanksi.
Dalam keluarga terdapat dua macam sosialisasi, yaitu:
a. Sosialisasi represif. Ciri-cirinya: menghukum perilaku yang keliru, hukuman dan imbalan material, kepatuhan anak, komunikasi sebagai perintah, komunikasi nonverbal, sosialisasi berpusat kepada orang tua, memerhatikan keinginan orang tua, dan keluarga merupakan dominasi orang tua.
b. Sosialisasi partisipasi. Ciri-cirinya: memberikan imbalan bagi perilaku yang baik, hukuman dan imbalan simbolis, otonomi anak, komunikasi sebagai interaksi, komunikasi verbal, sosialisais berpusat pada anak, orang tua memerhatikan keinginan anak, keluarga merupakan kerjasama ke arah tujuan (generalized order).

Keseluruhan ssistem belajar-mengajar sebagai bentuk sosialisasi dalam keluarga disebut sistem pendidikan keluarga. Sistem ini dilaksanakan melalui pola asuh, yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anak. Pola asuh dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem nilai, norma dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat setempat.

2. Kelompok Bermain
Kelompok bermain (peer group) mencakup teman-teman tetangga, keluarga dan kerabat. Kelompok bermain memiliki peranan yang positif bagi perkembangan anak, antara lain:
a. Rasa aman dan rasa dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa anak.
b. Perkembangan kemandirian remaha tumbuh dengan baik dalam kelompoknya.
c. Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran emosinya (rasa kecewa, takut, khawatir, dll).
d. Remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya.
e. Dapat mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa dalam kelompoknya.


3. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah, seseorang mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan sebelumnya. Pendidikan formal mempersiapkan seseorang untuk menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, ketika ia sudah tidak bergantung lagi kepada orang tuanya.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan antara lain:
  • sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian
  • dapat mengembangkan potensi diri demi memnuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat
  • melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  • menentukan kepribadian
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja memiliki peranan yang cukup besar dalam proses sosialisasi dan pembentukan pribadi seseorang. Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut akan tertanam di dalam diri seseorang, dan sulit untuk diubah, apalagi jika ia bekerja cukup lama.

5. Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, dan internet). Media massa merupakan media sosialisasi yang berpengaruh besar terhadap masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat kepada perilaku prososial dan antisosial.
Iklan yang ditayangkan melalui media massa mempunyai potensi untuk mengubah pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat luas.

C. Bentuk-bentuk Sosialisasi

Peter L. Berger dan Luckmann membedakan sosialisasi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu sejak kecil. Ia mulai mengenal lingkungan keluarganya, berlangsung sebelum anak memasuki lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan sekolah.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan lanjutan setelah sosialisasi primer. Dalam tahap ini dikenal adanya proses desosialisasi, yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama dilanjutkan dengan resosialisasi, yaitu pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.
Menurut Goffman (1961), kedua proses tersebut biasanya berlangsung dalam institusi total yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal.

D. Tahap-tahap Sosialisasi

Pada proses sosialisasi, terdapat peran-peran yang harus dijalani oleh individu. Oleh karena itu, para sosiolog sering menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Dalam hal ini, Charles H. Cooley menekankan peranan interaksi dalam proses sosialisasi. Menurutnya, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain atau dikenal dengan istilah looking glass self.
Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain terbentuk melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
  1. Tahap memahami diri kita dari pandangan orang lain. Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas yang melebihi teman-temannya.
  2. Tahap merasakan adanya penilaian dari orang lain. Dengan pandangan bahwa si anak adalah yang paling hebat, ia merasa orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya.
  3. Tahap dampak dari penilaian tersebut terhadap dirinya. Dari pandangan dan penilaian bahwa ia adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
Adapun menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui beberapa tahapan berikut. 
  1. Tahap persiapan atau Preparatory stage. Sejak manusia dilahirkan kemudian tumbuh menjadi seorang anak, ia mulai mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini, anak-anak sudah mulai menirukan hal yang diketahui dari sekelilingnya meskipun belum sempurna.
  2. Tahap meniru atau Play stage. Pada tahap ini, seorang anak mulai menirukan dan mulai terbentuk pemahaman tentang sesuatu yang didapatkan dari sekelilingnya dengan semakin sempurna.
  3. Tahap siap bertindak atau Game stage. Proses meniru sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain semakin meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama dan bekerja sama dengan teman-temannya.
  4. Tahap penerimaan norma kolektif atau Generalized stage. Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Penempatan dirinya pada posisi masyarakat sudah semakin luas. Sikap toleransi, kerja sama, dan kesadaran akan peraturan dengan masyarakat yang lebih luas sudah semakin mantap. 

E. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sosialisasi

Selain diperlukan adanya media, dalam sosialisasi juga terdapat faktor-faktor yang memengaruhinya, yaitu:
  1. Sifat dasar, merupakan sifat yang diturunkan oleh kedua orang tuanya.
  2. Lingkungan prenatal, merupakan kondisi ketika seseorang masih dalam kandungan ibunya. Pada saat ini akan terjadi hubungan psikologis yang sangat kuat antara ibu dan janin yang dikandungnya.
  3. Perbedaan perorangan, sebenarnya adalah perbedaan pribadi yang dalam hal ini setiap manusia memiliki perbedaan pada kepribadiannya.
  4. Lingkungan, dalam hal ini terdapat tiga lingkungan yang memengaruhi kepribadian seseorang yaitu lingkungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
  5. Motivasi, merupakan kekuatan dorongan pada diri seseorang untuk berbuat sesuatu. Makin besar dorongan dalam diri seseorang untuk bersosialisai, makin cepat terjadinya proses sosialisasi.

F. Nilai dan Norma Sosial dalam Proses Sosialisasi

Keberadaan nilai sosial memiliki fungsi yang sangat berperan dalam proses sosialisasi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Alat motivasi untuk memberi semangat pada manusia agar mewujudkan dirinya dalam perilaku sosial.
  2. Sarana untuk menetapkan harga sosial. Nilai-nilai sosial digunakan untuk mengukur penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan.
  3. Petunjuk arah atau cara berpikir dan bertindak warga masyarakat secara umum diarahkan oleh nilai-nilai sosial yang berlaku.
  4. Alat solidaritas yang berfungsi mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dicapat sendiri.
  5. Kontrol sosial terhadap nilai-nilai yang dapat menjadi acuan bagi setiap tindakan individu, serta itneraksi antaranggota masyarakat.

Minggu, 28 September 2025

Perubahan Sosial

Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan adalah gejala sosial yang dialami setiap kalangan masyarakat. Masyarakat mempunyai kecenderungan agar semakin maju serta mengalami perkembangan, seiring kemajuan pola pikirnya terkait tingkat kemampuannya. Kecenderungan tersebut dipengaruhi sekali dengan faktor berikut:

  1. Rasa yang tidak puas dalam keadaan serta situasi.
  2. Adanya keinginan mengadakan perubahan.
  3. Sadar adanya kekurangan terhadap kebudayaan hingga berusaha menutupinya dengan adanya perbaikan.
  4. Adanya usaha masyarakat menyesuaikan diri terhadap keperluan, kondisi baru, serta keadaan.
  5. Banyaknya kesulitan dihadapi yang memungkinkan manusia terus berusaha agar bisa mengatasinya.
  6. Tingkat kebutuhannya semakin kompleks serta adanya keinginan agar dapat meningkatkan taraf hidup.
  7. Sikap dari kalangan masyarakat pada hal-hal baru.
  8. Sistem pendidikan bisa memberi nilai tertentu untuk manusia.
Di bawah ini adalah definisi perubahan sosial dari sudut pandang para ahli.
  1. Kingley Davis: perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada struktur serta fungsi masyarakat.
  2. Robert Mac Iver: perubahan sosial merupakan perubahan pada hubungan sosial maupun perubahan pada keseimbangan hubungan sosialnya.
  3. Samuel Koening: perubahan sosial ini menunjukkan terhadap modifikasi yang terjadi pada pola kehidupan manusia.
  4. J.P Gillin serta J.L. Gilling : perubahan sosial merupakan suaatu variasi cara hidup yang sudah diterima, baik disebabkan perubahan kondisi geografis, komposisi penduduk, kebudayaan materiil, serta ideologi.
  5. Hans Gart serta C. Wright Mills: perubahan sosial yaitu apapun yang terjadi baik kemunculan, kemunduran, maupun perkembangan pada kurun waktu pada lembanga, peran, maupun tatanan struktur sosial.